Sejumlah peristiwa bencana
alam seperti gempa bumi dan tsunami yang terjadi kurang dari setengah tahun di
Indonesia dan tanda-tanda alam lain memunculkan isu bahwa akhir zaman akan terjadi
pada 2019. Terkait hal ini, Ketua Persekutan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Pdt. Dr. Bambang H. Widjaja menyampaikan pendapatnya.
“Kalau saya mengajak kita melihatnya dari sisi realita dan bagaimana kita melihat realita itu. Realita seperti yang tadi dikatakan, Indonesia kita hidup dimana begitu banyak gunung berapi, itu realita yang kita tidak bisa pungkiri. Kita ini berada di jalur yang dikatakan ring of fire. Sehingga wajar-wajar saja kalau bencana dalam bentuk bencana gunung berapi, gempa terkait seperti tsunami, itu bagian dari hidup kita dan gempa lalu letusan gunung merapi itu kan rangkaian satu mata rantai. Satu meletus, itu akan membuat yang lain ikut meletus dan dia akan membuat yang lain ikut begitu. Jadi wajar-wajar saja karena ini realita,” ujar Pdt. Bambang Widjaja kepada Jawaban.Com di Kantor PGI, Salemba, Jakarta Pusat, Senin (7/1/2019).
Bambang Widjaja menyatakan
bahwa peristiwa gempa bumi yang terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia tidak perlu dikait-kaitkan dengan kiamat.
“Gempa bumi kalau
dikaitkan dengan akhir zaman, misalkan di negara-negara yang lain gak ada gempa
bumi tuh. Akhir zamannya, kiamatnya ada di pulau jawa dong? Contoh, misalkan,
gak usah jauh-jauh, di Kalimantan. Di Kalimantan gak ada gempa bumi, gak ada
letusan gunung berapi, berarti kiamatnya gak ada di Kalimantan dong, kiamatnya
hanya ada di Jawa kalau begitu? Jadi saya tidak mau melihatnya kelewat
pesimistis seperti tadi. Bukan berarti kita tidak mempercayai apa yang
dikatakan di Alkitab, nubuatan tentang akhir zaman dan kita berkata itu tidak
ada, tapi sebaiknya kita melihatnya dari kacamata positif, tidak negatif
sehingga kalau kita melihatnya secara negatif, mentalitasme kita istilahnya
eskapisme. Eskapisme itu artinya melarikan diri dari kenyataan. Ya, kita hadapi
kenyataan yang ada dan kita melihatnya dari sisi yang positif yaitu ini
merupakan sebuah kesempatan bagi seluruh warga gereja dan masyarakat untuk
saling bantu-membantu menyatakan dan mewujudkan kasih Kristus,” jelas Gembala Sidang dari Gereja Kristen Perjanjian Baru Masa Depan Cerah (GKPB MDC) ini.
Bambang Widjaja mengajak
seluruh warga gereja di Indonesia agar tidak perlu takut dengan tahun 2019 maupun isu akhir zaman yang dicuatkan oleh pihak-pihak tertentu.
“Kita harus melihat zaman akhir itu dari kacamata positif. Kenapa kita harus melihatnya dari kacamata positif? Karena zaman akhir artinya dua hal, di samping yang lain-lain ya. Satu, dimana Tuhan akan datang dan kita berjumpa dengan Tuhan, dan perjumpaan dengan Tuhan, hal yang positif dong? Berjumpa dengan kekasih hati kita, kan hal yang positif, bukan negatif,” imbuhnya.
Baca Juga: Bambang Widjaja: Bangun Kebersamaan Gereja Tiadakan Tembok Pemisah
Yang kedua, ungkap Bambang
Widjaja, terkait “zaman akhir” adalah dimulainya zaman baru atau shalom hadir di tengah-tengah dunia.
“Itu kan hal yang positif? Perkara lahirnya zaman baru itu dilewati dengan cara yang sulit, itu hal yang wajar juga karena Yesus berkata itu sama seperti kelahiran bayi. Kelahiran seorang bayi tidak bisa dilihat dari sesuatu yang negatif? Kelahiran harus dilihat dari sesuatu yang positif, walaupun harus melewati rasa sakit. Kalau masa sakit itu kita pandang sebagai sarana lahirnya sang bayi, ya gapapa,” pungkas Pdt. Bambang Widjaja.
Sumber : Jawaban.Com